Catatan Perjalanan Menuju Rumah Illahi

“Labbaik Allahumma labbaik, labbaika lasyarikalaka labbaik. Innal hamda wanni’mata laka walmuka. Lasyarikalak.”

Sebentar lagi kloter pertama haji 1430H akan segera diberangkatkan, rasanya mendatangi walimatussafar di kantor, membaca berita-beritanya di media membuat hati ini berdebar-debar, Sungguh kami merindu saat-saat di rumah-Mu ya Allah … ijinkan dan mudahkanlah kami untuk kembali lagi. Amiin.

Setahun yang lalu, perasaan tak menentu semakin mendera seiring dengan semakin dekatnya keberangkatan kami ke tanah suci. Bulan-bulan sebelumnya dari membaca buku, google segala macam berbau haji, manasik haji, seminar esensi haji sampai manasik qubro telah kami jalankan. Rasanya persiapan itu masih kurang saja, seperti kata pepatah : semakin kita tahu maka kita akan sadar bahwa semakin banyak yang kita tidak tahu.

Dari membaca buku, rasanya masih blank apa itu thawaf, sai, dlsb. Rasanya apa yang saya baca masih di awang-awang. Mulai bertanya juga kepada sahabat dan teman yang alhamdulillah sudah melaksanakan ibadah haji, insyaAllah lebih mendapat pencerahan. Kemudian mengikuti marathon manasik haji tiap minggu selama 2 bulan, oh jadi begitu … Gumam saya mengiyakan penjelasan para ustad DT sembari mengingat-ingat apa yang telah saya baca. Kemudian waktu mengikuti seminar esensi haji, ohh … Jadi begitu ya ? Oh … oh saya yang lain berguman lagi begitu tahu apa esensi dari setiap prosesi haji tsb. Waktu hari H selama di tanah suci, oh oh saya yang lain juga masih bergumam lagi … :) Intinya sampai melihat dan mengalami sendiri, apa yang telah saya pelajari baru menyerap dalam di hati :

Selama proses pembelajaran sebelum berangkat, untuk google saya lakukan kapan saja ada waktu longgar. Saya sampai melihat detail setiap photo yang dipakai para muslimah selama ibadah haji, seperti apa itu? Ya walaupun teori dan info juga sudah banyak saya dapatkan. Satu hal saat itu yang menganjel di hati saya, saya pengen tahu detail dari hari ke hari selama di sana itu apa dan ngapain saja. Ada beberapa blog yang saya temukan, bahkan saya sempat berkomunikasi dengan pemiliknya, semuanya itu lebih untuk membuat saya mengerti detail segalanya, insyaAllah.

Dari pengalaman itu, saya berjanji pada diri sendiri, insyaAllah sepulang ibadah haji, saya ingin membuat blog diary saya selama ibadah haji. Sebenarnya sejak kecil saya suka menulis diary, bahkan 2 tahun lalu sempat menulis perkembangan anak-anak saya via blog, sayang sekarang mati suri :(

So, here is it … Catatan Perjalanan Menuju Rumah Illahi, sudah melewati target yang saya tentukan sendiri. Sebenarnya menulisnya sudah sejak bulan Feb yang lalu, tapi entahlah karena malas pastinya sekarang baru selesai saya upload. Tentunya ini benar-benar catatan/diary versi saya, dengan gaya bahasa semampu saya. Jauh dari kata sempurna dan tentunya banyak kekurangan/kesalahan. Kritik/saran dan insyaAllah perbaikan dan penambahan akan selalu saya lakukan.

https://shafamarwah.wordpress.com

Mengenai nama catatan ini, terinspirasi oleh perjuangan Siti Hajar yang berjuang mencari setetes air buat putranya nabi Ismail. Sungguh rasanya perjuangan saya sewaktu melahirkan anak pertama saya tanpa didampingi suami tiada artinya (walaupun dulu rasanya jadi ibu paling mellow sedunia, hiperbol banget ya ? :) dibandingkan perjuangan bunda Siti Hajar yang berlari-lari di tanah gersang sebanyak 7 putaran dari bukit Shafa ke bukit Marwah. Alhamdulillah nama anak pertama kami juga Shafa, insyaAllah kalau diberi kepercayaan anak ketiga kami nanti perempuan lagi, bisa diberi nama Marwah :)

Jazakamullah khasyra kepada keluarga besar saya (bapak, Ai, papa, mama, semua kakak dan adik) yang selalu mendoakan kami dan menjaga anak-anak kami selama kami tinggal 40 hari, semua pihak KBIH DT, Aa Gym selaku ketua KBIH dan segala tausiyahnya selama disana- yang sederhana tetapi selalu mengena di hati dan membuat air mata tiada berhenti, ustad Wahab dengan segala ilmu selama manasik, bimbingan selama sebelum dan selama di tanah suci, kloter 80 JKS terutama kelompok 3 dengan karom yang luar biasa sabar dan baiknya pak karom Ujang Karim, semua saudara di kelompok 3 (pak Probo, mba Hesti terimakasih sekali atas persaudaraan, bimbingannya kepada kami, sungguh sangat ngemong kepada kami, mba hesti mba Selvi mba Hanni- tetangga tidur dan sister saya- juga 23 sisters (mba Tiwi, mba Yanti,  mba Elphi, Bu Ida dan mba Ida, bu Elly, mba Sese, mba Ratih, mba Anis, bu Soraya, bu Leda, bu Suryati, bu Tuti, bu Indari, mba Ningsih, embah,  Enin) yang luar biasa di maktab 747, sungguh sekamar 23 sister selama di tanah suci penuh kenangan indah ya sis,  Pak Yayan- Jazakamullah khasyra atas beberapa photonya yang saya comot buat kelengkapan blog ini, terimakasih atas persaudaraan kita selama ibadah di tanah suci, insyaAllah silaturahim ini tetap terjalin selamanya.

Sungguh suatu perjalanan yang sangat luar biasa. Allahu Akbar, dengan segala KuasaNYA lah kami diijinkan pergi dan mengalami hal-hal yang sungguh luar biasa indahnya. Beribu-ribu kata mungkin tak cukup mewakili mengungkapkan semua yang kami rasa, jalanin dan kami simpan di hati dan pikiran kami. Candu .. Sungguh menjadi candu kami untuk kembali ke tanah suci, candu yang berubah menjadi rindu yang mendera setiap saat … Apalagi tahun ini kloter pertama segera diberangkatkan … Sungguh keinginan sebelumnya untuk keliling Eropa misalnya sudah tidak begitu menjadi candu lagi, candu ke tanah suci lebih kuat .. Mendera setiap saat.

Akhir kata, tak ada gading yang tak retak, mohon maaf atas segala kesalahan, diary ini terutama saya khususkan buat kami sendiri, sebagai pengingat perjalanan yang sungguh luar biasa, buat anak-anak kami, ini warisan bunda buatmu naks, insyaAllah kita semua diberi kesempatan untuk pergi dan kembali mengunjungi tanah suci. InsyaAllah juga bisa berguna buat semuanya. Amin amin amin ya robbal alamin.

Hari Terakhir di Madinah

8 Januari 2009

Selesai sudah ibadah kami selama 38 hari di tanah suci, alhamdulillah ya Allah, semoga Kau terima segala ibadah kami, Kau undang lagi kami di Baitullah.

Hari Terakhir di Madinah


jam-jam terakhir di Madinahmasjid Nabawi
di lobby hotel, menunggu bus jemputan ke bandara Jeddahpesawat yang membawa kami pulang

Seperti halnya thawaf wada sebagai perpisahan di Mekah, berkunjung ke Raudah yang terakhir kali, berpamitan kepada Baginda Rasul, panutan kita semua, rasanya air mata tiada berhenti bercucuran.  Selamat tinggal tanah suci, semoga kami dipertemukan kembali. Amin amin amin ya robbal alamin.

Tentang Meninggalkan Anak

Kalau membaca catatan ini, sebelum keberangkatan, pasti bisa merasakan betapa hal yang terberat saat berangkat adalah meninggalkan anak-anak. Mesti sudah berusaha pasrah, ihklas bahwa semuanya milik Allah, maka titipkanlah semuanya kepada Sang PemilikNya.

Bismilillah, akhirnya sebelum berangkat kami insyaAllah pasrah dan ihklas meninggalkan anak-anak, walaupun minggu pertama memang tantangan terberat, baik buat anak-anak maupun kedua orang tuanya (terutama bundanya :(().

Dua minggu setelah kami pergi, kakak sudah jarang mau terima telp atau membalas SMS. Padahal 3-5 hari pertama ditinggal masih sering miss call atau SMS. Baca kembali catatan tanggal 30 November 2008, sewaktu keberangkatan kami, sungguh sampai mau naik pesawat-pun Shafa masih minta ditelp (jam 2 dini hari).

Ditanya sama makciknya (budenya, yang menunggu anak-anak selama kami pergi), kenapa kakak jarang mau menerima telp/sms bunda. Kakak menjawab “itu trik makcik, biar ga kangen bunda”. Waktu bundanya menanyakan ide dari mana pikiran tsb, kakak menjawab via sms “Ya dari otak dong bunda, masak dari tenggorokan” .. duh kakak kakak …

welcome card dari kakak Shafawelcome card dari kakak Shafa

Setelah melewati semuanya, kami bisa menyimpulkan, memang hanya dengan kepasrahan dan keihklasan insyaAllah semua bisa terlewati. Seminggu setelah disana, kami tidak merasakan kangen yang mendera (bukan tidak kangen loh ya >:D<), tapi insyaAllah sudah melupakan apa-apa yang kami tinggal, lebih mengfokuskan diri untuk ibadah.

Tapi memang, mengatakan hal ini tidak semudah menjalaninya ;;), tapi insyaAllah dengan menyerahkan segalanya kepada Sang Pencipta, semua jamaah bisa melewatinya, amiin.